Rabu, 06 Januari 2010

@Dhuha Coffee Ustadz Yusuf Mansyur

Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihii washahbihii ajma’iin. Nastahgfiruka wa natuubu ilaih.

Semoga kita, orang-orang tua kita, anak-anak keturunan kita, saudara-saudara kita, jamaah kita, dan segenap orang-orang yang beriman, semua diampunkan Allah; semua disehatkan Allah; dimenangkan di setiap pertempuran terbuka dengan kuffaar dan syayaathiin; dibukakan banyak jalan rizki yang luas, yang halal, yang barokah; dijadikan saleh salehah diri kita dan anak keturunan kita; istiqamah di urusan-urusan yang sunnah dan bener di urusan yang wajibnya; cinta sama bangun malam, berjamaah, dan baca al Qur’an; hidup mulia dengan hanya bergantung sama Allah saja; baik di urusan rizki, masalah hidup, hajat hidup, penyakit, dan urusan-urusan dunia; bahwa yang kita lakukan sebagai ikhtiar dunia, adalah sebagai ibadah kepada Allah saja, bukan sebagai tujuan. Termasuk di urusan hasilnya. Kita berdoa juga semoga Allah jadikan kita-kita ini termasuk orang-orang yang meyakini janji-janji-Nya, dan menaati apa yang Rasulullah seru; kita lakukan ibadah dengan riang, sebab juga ada begitu banyak kelimpahan Janji Allah dan Rasul-Nya yang membuat kita bersemangat dan enteng dalam menjalani hidup.
Ok, titip-titip doa selalu ya untuk kita semua. Jangan malas-malas berdoa untuk yang lain. Sebab ketika berdoa untuk yang lain, sesungguhnya itulah sedekah kita, dan akan kembali kepada kita. Malaikatlah yang akan mendoakan kita, sebagaimana doa yang kita panjatkan untuk orang lain. Betul-betul rajinin berdoa dan mendoakan yang lain, termasuk untuk negeri kita agar selamat dunia akhirat semua elemen bangsanya.
Saya pribadi berdoa, agar kiranya Allah jadikan website www.wisatahati.com ini benar-benar menjadi salah satu jalan buat kita semua untuk taqarrub ilallaah, mendekatkan diri kita kepada Allah; baik itu kolom smsnya, kolom artikel lepasnya, kolom dhuhaacoffee nya, kolom kuliahonline nya, kolom testimoninya, dan lain-lain kolom yang ada di sini. Semoga Allah jadikan setiap huruf yang ditulis dan dibaca, serta disyiarkan, menjadi saksi di yaumil hisaab, bahwa kita-kita ini pernah berada di jalan yang menuju Jalan-Nya, dengan segala keterbatasan dan kekurangan kita semua. Kepada Allah semua kita kembalikan.
Washallallahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi washahbihii ajma’iin, walhamdulillahi robbil ‘aalamiin.
Dhuha Coffee (bag.1)

by yusufmansur on 25-02-2009

Setiap hari kita hutang dua rakaat Dhuha sama Allah. Hutang sebab kita makai badan & karunia-karunia pemberian Allah. Kalaulah bayarnya pakai uang, niscaya tidak akan ada yang bisa bayar.
Itulah sebab Allah meminta kita shalat dua rakaat sebagai “bayaran” atas segala karunia-Nya kepada kita, dan tiadalah tercatat kita berhutang pada-Nya.
Itulah sebab juga mengapa ada karyawan yang hilang tabungan setelah ia bekerja setahun penuh. Atau sebab mengapa seorang pengusaha hilang penghasilannya selama satu tahun penuh.
Barangkali salah satu sebabnya adalah sholat Dhuha tiada kunjung ia lakukan. “Perhitungan hutang”, tetap berlaku dan dijalankan Allah. Maka apa yang didapat oleh seseorang atau yang dihasilkan, akan diambil ulang oleh Allah sebagai kewajiban terhutang. Apalagi kalau kemudian maksiat dan hal-hal yang wajib tiada ia lakukan, pasti bertambah-tambah minusnya.

Bagamana mengejarnya? Tunggu ya jawabannya…


Dhuha Coffee (bag.2)

by yusufmansur on 25-02-2009

Ini dari salah satu pengunjung web. Luar biasa. Saya bersyukur bila mulai jadi perenungan. Yang penting tidak jadi kegelisahan, sebab Allah mah betul-betul Maha Pengampun. Apa yang saya tulis, mudah-mudahan membuat kita-kita menjadi orang yang mulai menaruh perhatian terhadap urusan-urusan ibadah.
Selama ini kita hanya perhatian sama urusan-urusan kita saja, termasuk urusan-urusan dunia kita. Tapi terhadap urusan-urusan Allah, hak-hak Allah, kita biasa-biasa saja. Tidak ada perhatiannya melainkan sedikit. Berikut komen salah satu jamaah. Saya bangga:

Ustadz saya baru aja baca tulisan dhuha coffeenya ustadz, saya termasuk yg punya banyak hutang dhuha sama Allah, karena baru mulai mengerjakan dhuha dua bulan belakangan ini, sedangkan umur udah 34thn 2bln, artinya kalo saya akhil balig umur 10thn, saya punya utang 24 thn, atau sekitar 8760 hari dan itu berarti saya punya utang dhuha sebanyak 17520 rakaat, ini sebab kali makanya hidup saya kurang berkah, sekarang gimana nih tadz buat ngejarnya, buruan tulisannya diterusin, wassalam (saifulloh, member wh com).
Alhamdulillah kalo yg muncul adalah “perenungan”. Kita jadi berpikir. Subhaanallaah… Ampunan Allah insya Allah udah diberikan buat saudara. mudah-mudahan juga buat sesiapa yg selama ini lalai di ibadah-ibadah, trmasuk di urusan dhuha. Insya Allah nanti saya teruskan bila sdh waktunya. Doain saya ya.
saya doain ustad, sambil saya juga minta doa dari ustadz, btw kalo saya mau ketemu ustadz enaknya kapan ya?
Ini udah ketemu.
boleh saya tlp sekarang, kalo ga ganggu
Ga boleh, he he he.
serius nih Tadz, saya mau denger suara ustadz
Serius. Dengerin ngajinya aja.
beda Tadz, tapi gapapa, saya serahin aja sama Allah, kalau Dia mau mempertemukan kita pasti kita bakal ketemu, betul ga Tadz
Betul.
salam sama keluarga Tadz, saya juga sering cerita ke istri tentang tulisan-tulisan ustadz, doain ya Tadz biar Allah cepet angkat masalah saya (yang sebenernya bikinan saya sendiri), pengennya berpanjang-panjang lagi ngobrolnya tapi takut ganggu, semoga Allah selalu merahmati Ustadz. Wassalamu’alaikum.
Iya, saya sambil acara nih sms antum. Ya gitu dah. mudah-mudahanan pada ngerti semua yg berkeinginan silaturahim dg saya, ckp dg cara begini, dan mengaji juga dengan cara-cara yang praktis. Tidak harus selalu ketemu.
begini aja hati saya rasanya udah kayak diguyur hujan Tadz, buat info aja, saya juga ikut kuliah online ustadz (maaf masih terus juga nih smsnya)
Ga apa-apa. Terus saja. Sepanjang saya bisa bales, ya saya bales.


Dhuha Coffee (bag.3)

by yusufmansur on 25-02-2009


0815113xxxxxx:
Ass ust. Yusuf yth, Dengan ini saya pribadi, keluarga dan jama’ah mengundang ustadz utk hadir pd acara tahlil hari ke-7 meninggalnya anak saya, alm. “AZ” (26 th) karena sakit infeksi selaput otaknya. Insya Allah acara pada hari minggu malam senin, 15 Feb 2009 ba’da isya. Sungguh akan menjadi pelipur duka hati dan penghormatan luar biasa bagi keluarga kami bila ustadz benar-benar berkenan hadir. Demikian ustadz, lebih dan kurangnya mohon ma’af. Wass, H. “A. ZA”, Permata Hijau, Jaksel.

Pengennya sih saya datang Haj. Namun selain jadual-jadual baru udah sulit saya penuhi untuk sementara waktu, juga kayaknya posisi saya lagi jauh tuh dari sana. Lihat-lihat keadaan nanti sorenya ya. Sms saya lagi aja jam 17 nya. Haj, saya turut mendoakan agar almarhum diberikan kelapangan di alam kuburnya, ampunan dan derajat yang tinggi di sisi Allah. Juga buat antum sekeluarga. Doakan saya dan keluarga, supaya jangan ampe dapat penyakit-penyakit yang berat yang seperti antum punya anak alami. Masya Allah, kadang saya shalat hajat dan taubat sampe 5-7x sehari. Menjadi pengiringin shalat-shalat fardhu + pengiring dhuha & tahajjud. Artinya, di setiap penyelenggaraan shalat fardhu berikut qabliyah ba’diyahnya, saya susul lagi dg shalat taubat dan hajat. Juga tatkala shalat dhuha dan tahajjud, saya pun berusaha mengiringin taubat dan hajat. Supaya apa? Supaya jadi riyadhah buat penyakit. Maksudnya? Ya, supaya saya, anak keturunan saya, istri saya, orang-orang tua saya, saudara-saudara saya, jamaah saya, dan segenap kaum muslimin betul-betul bisa terhindar dari penyakit-penyakit berat; gagal jantung, stroke, ginjal, hipertensi, kanker, tumor, aids, kolera, demam berdarah, usu buntu, penyakit seputar pencernaan, otak, panca indera, dll. Sungguh, banyak kasus penyakit yang datang ke saya, dan saya menganjurkan mendekatkan diri kepada Allah. Maka daripada kami-kami juga kemudian ngencengin ibadah setelah kena, maka lebih baik dari sekarang ketika sehat. Termasuk sedekah untuk penyakit. Kami-kami, khususnya saya, afwan, mengencangkan sedekah dari ketika sehat ini, masya Allah supaya sehat dan disehatkan lahir batin oleh Allah, dan dipanjangkan umur bukan saja dalam keadaan taat, tapi juga dalam keadaan sehat wal afiat. Jazaakallaah atas smsnya. Mudah-mudahan menjadi pengingat saya terus untuk lebih mendawamkan lagi segala riyadhah sebagai bentuk proteksi terhadap penyakit. Masya Allah, subhaanallaah, walhamdulillah.


Dhuha Coffee (bag.4)

by yusufmansur on 25-02-2009

“Shalat dhuha itu sing ikhlas. Jangan karena pengen kaya, jangan karena pengen pintu rizki dibuka. Jangan karena pengen banyak duit,” begitu kita dengar dari orang-orang yang kepengen memurnikan ibadah agar semata ikhlas karena Allah.

Di dalam buku The Miracle of Giving yang saya tulis, saya menyebut tidak mengapa kita melakukan ibadah dan mengejar apa yang Allah janjikan. Ketika yang lain menamakan pamrih dan atau tidak ikhlas, saya menyebutnya: Iman. Percaya. Karena saya percaya sama apa yang diseru Allah dan Rasul-Nya, lah ya saya kerjakan. Ketika Allah dan Rasul-Nya menyuruh dhuha agar rizki terbuka, dan atau menjanjikan keutamaan dhuha bisa begini dan begitu, ya saya sambut. Saya kerjakan. Sepenuh hati. Ini juga namanya Ikhlas. Bahasa entengnya: Nurut. Tunduk. Kita percaya sama Allah. Masa janji yang dijanjikan oleh Yang Maha Benar kita sia-siakan? Iya ga? Sambut, percaya, yakini, dan jalankan. Manteb.

Apa lagi yang utama selain begini? Ketika yang lain shalat dhuha kosongan (tak berharap apa-apa), saya mah mengerjakan dengan “isi”. Maksudnya, dengan doa. Doa itu permintaan dan harapan. Ga usah pake dhuha, doa mah ga dhuha juga ga apa-apa. Apalagi kalau mau mbarengi dengan dhuha sebagai amal saleh pengiring doa. yang lain yang tidak meminta sama Allah, akan pulang dengan membawa pahala dhuhanya saja. Sedang saya dan jutaan orang yang meminta kepada Allah dengan mendahului dhuha, akan pulang dg membawa pahala dhuha, keyakinan, dan pahala doa.

Doa juga ada pahalanya loh. Meminta itu kan, doa. Mukhlishiena lahud dien, ikhlas, nurut, manut, percaya, sama apa yang Allah gariskan. Ikhlas dalam bahasa Indonesia, jangan samain dengan Ikhlas dalam bahasa Arab. Dalam bahasa arab, apalagi bahasa agama, kata-kata ikhlas panjang artinya. Bukan kosongan model pengertian ikhlas dalam bahasa Indonesia. Kalau dalam bahasa Indonesia kan kesannya jadi kayak kagak boleh minta apa-apa. Ini kan gila. Masa sama Allah jadi ga boleh minta? Sedang kita malah disuruh minta sebagai sarana ibadah juga sama DIA. Siapa yang minta sama Allah, tandanya perlu. Semakin banyak mintanya, semakin bagus.

Saya mah ga mau denger omongan orang yang ngomong begini: “Jangan minta terus sama Allah. Malu”. Maksudnya sih pasti bagus. Tapi saya benar-benar ga mau pake kalimat itu. Saya lebih suka make: Minta terus sama Allah. Sering-sering. Tapi jangan lupa amal salehnya, ibadahnya, tauhidnya. Diperbaiki. Adalagi yang mengatakan, sesiapa yang dhuha karena masalah, karena pengen rizki, maka ketika sudah dibuka rizki, setelah masalahnya selesai, akan selesai juga dhuhanya. Lah, dua tesis dijadikan jadi satu prasa. Ini membingungkan. Sedang Allah sendiri yang bilang, bahwa dhuha itu benar-benar pintu rizki dan jalan kalau masalah mau ditolong Allah. Lalu kita datang menyambut, maka turunlah rizki dan selesailah masalah. Apa ini salah? Kalau kemudian orang tersebut behenti dhuhanya, ya jangan salahin “sistem” nya. Jangan salahin keyakinan yang pertama. Salahin dia dong. Kenapa dia ga bersyukur. Mestinya kan kalau sdh dibukakan rizki, dibukakan jalan, ya istiqamahin dong. Ditetepin dong. Dhuhanya. Jangan malah berhenti.

Nih ya, apalagi kalau kemudian orang yang menjalankan dhuha itu kemudian jatuh blangsat sebab ga mengerjakan lagi dhuha, wuah, omongannya akan bertambah: Situ sih, mengerjakan dhuha bukan karena Allah! Bagi saya, kejatuhannya, bukan sabab niatan yang salah. Bukan. Tapi lebih dikarenakan dia ga bersyukur. Wong mestinya tambah ingat, ini koq jadi lupa. Ya terang saja dihabisin lagi sama Allah, dan dibalikin lagi ke posisi semula. Atau malah lebih hina. Waba’du, kita terusin lagi nanti ya. Met dhuha. Kejar terus ketertinggalan kita dalam ibadah dhuha. Apa yang saya jelaskan, berlaku juga untuk penjelasan tahajjud, sedekah, mahabbah sama orang tua, dan ibadah-ibadah lainnya. Mari kita percayai janji Allah. Itu malah jadi salah satu keutamaan tambahan.
Dhuha Coffee (bag.5)

by yusufmansur on 25-02-2009

Pertanyaan dari 08562160xxxx:
Assalamualaikum w.w, ustadz.. Apakah memang sunatullahNya harus begini ya.. Ketika kita coba memperbaiki diri, kita harus mengalami situasi ‘drop’ dalam arti kekurangan harta.. Padahal kita tentu maunya meningkat.. Saya rabu kemarin genap 40 hari dhuha ustadz.. dengan zikir ‘ya fattahu ya rozzaqu’ yang ustadz ajarkan..

Jawaban Ustadz Yusuf Mansur:
Selama 40 hari, deket sama Yang Punya Harta. Ini melebihi apapun. Cara pandangnya saja yang diubah. Kemaren, kita tiada bagus ibadah. Sekarang, kita lumayan ajeg ibadahnya. Dan percayalah, ga ada yang sia-sia. Saya selalu make tahapan-tahapan : 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 40 hari, dan 100 hari. Di angka-angka hari ini, pasti insya Allah ada kebaikan. Bilamana tidak tembus hajat dan tidak selesai masalah, biasanya yang bersangkutan pernah melakukan 1 dari 10 dosa besar. Maka, pengarahan fadhilahnya diarahkan Allah lebih kepada dosa dan maksiatnya. Kemudian diulangi saja lagi dengan stamina yang lebih dari yang kemaren. Insya Allah naik senaik-naiknya. Jika tiada ada dosa yang berarti, maka berarti ada maksud Allah untuk manjangin umur. Barangkali takdir umurnya nyampe. Maka Allah panjangin dulu umurnya. Atau kena bala. Balanya yang disingkirkan. Perbanyak husnudzdzan sama Allah ya.

Btw, ada orang yang beranggapan bukanlah dosa tidak tepat waktu, dan bukanlah dosa tidak berjamaah dalam shalat wajib, dan bukan juga berdosa tiada tertegak sunnah-sunnah muakkadah; qabliyah ba’diyah, dhuha, tahajjud, dan witr. Padahal itu semua adalah dosa dan memiliki pengaruh positif negatif tersendiri. Banyak CD yang di dalamnya sudah saya bahas tentang ini. Salah satunya: CD Wasiat Terakhir Rasulullah dan Benahi Shalat Kita.KuliahOnline juga sudah tak bahas. Kejar terus amal ibadah yang kurang-kurang, untuk menggenapinya. Baarokawloohu fiikum. Coba dicari ya. Juga buku-buku. Bahkan di

Btw, ini dari siapa? Sengaja sms ini tidak saya taruh di sms tanya jawab, melainkan saya taruh di Dhuha Coffee. Sebagai ilmu yg lbh gampang diaksesnya, dan terbuka. Waba’du, sementara itu, ada juga yang ga melihat bahwa sesungguhnya perjalanannya sudah nyampe. Perjalanan riyadhah, perjalanan doa. Cuma, ga berasa. Sebab biasanya Allah ga mungkin menyia-nyiakan. Hanya memang yang Allah beri itu lebih ke apa yang kita butuhkan, ketimbang apa yg kita minta. Sempurnakan terus ilmunya ya. Meski saat sms ini saya jawab Kuliah Tauhid belumlah lagi rampung, namun Kuliah Tauhid di KuliahOnline sangat bagus untuk pondasi iman dan amal saleh. Doakan juga saya dan semua kawan yang sedang belajar menuju Allah.

Tinggalkan kalimat-kalimat sesat seperti yang saudara ajukan: Mengapa ketika kita mendekat kepada Allah, lalu ujian datang bertubi-tubi? Jangan. Hilangkan kalimat ini. Supaya kawan-kawan kita, saudara-saudara kita, yang lagi berniat berangkat ke Allah, tidak ketakutan. Saya sendiri menikmati situasi ini, yaitu ketika kejadiannya seolah-olah membenarkan kalimat tersebut. Namun segera saya banting ke percaya sama Allah. Dan saya katakan dengan gagah namun tetapi tawadhu di hadapan Kuasa dan Kebesaran-Nya: “Ya Allah, andai Engkau menganggap tidak cukup amal-amalku untuk menahan agar tidak ada dosa yang menghimpit diriku, membebani pundakku, maka tiadalah mengapa Engkau segerakan. Namun jangan ada yang Engkau segerakan, kecuali Engkau melindungiku dari keletihan ibadah kepada-Mu, menodai kepercayaan akan janji-janji,Mu, dan kemudian membuatku putus asa. Ya Allah, aku terima semua kesusahan ini, sebagai selayaknya aku terima. Ketimbang Engkau tunda dan baru kemudian diberikan di akhir hayatku, apalagi di kuburku. Ya Allah, bila amal2ku tidak cukup u/ melindungiku, maka cukuplah Engkau sebagai Pelindungku, sebagai Penolongku, sebagai Penjagaku. Engkaulah ya Allah Yang Maha Menolong tanpa melihat amalku. Engkaulah ya Allah Yang Maha Mengasihi tanpa sebab amalku. Hanya izinkan aku terus mempersembahkan ibadah terbaik untuk-Mu setelah hanya kemaksiatan yang lbh menghias catatan amalku. Kepada-Mu ya Allah Engkau menjaga hatiku u/ tetap bisa tersenyum kepada-Mu, apapun takdir yang Engkau tetapkan untukku”.

Demikian ya. Semoga ini berguna sebagai Dhuha Coffee yang menenangkan hati kita semua. Selamat menegakkan shalat dhuha dan amalan-amalan sunnah lainnya. Mari kita sama benahi yang wajib, dan ngidupin yang sunnah. Saya berdoa agar kita semua tidak tertipu daya setan, yang kadang ia berbisik kepada kita: Tuh, lihat. Kamu mendekat, malah Allah menambah bebanmu. Atau dengan halus setan mengatakan, makanya ibadah, ya ibadah saja. Ga usah punya niat-niatan gitu. Tar ga murni. Akhirnya, sepilah kita dari spirit. Sepilah kita dari motivasi, dan akhirnya tenggelamlah ibadah kita lantaran tak ada semangat. Dan akhirnya, sepi juga dari berdoa. Salam.


Dhuha Coffee (bag.6)

by yusufmansur on 25-02-2009

Saya pernah punya kenalan, namanya Astrid. Sekian lama beliau ga punya anak. Hingga kemudian beliau dan suaminya tos-tosan di urusan sedekah dan melengkapi dengan ibadah sebisanya. Lama tak terdengar khabar sejak “pertemuan” dengan saya, tau-tau sms bahwa beliau berbahagia sangat sudah diberi kesempatan menjadi ibu, dan merasakan hamil dan punya anak. Saya baca lengkap smsnya yang cukup panjang. Ternyata, bayi yang ditunggunya ini hanya berumur 17 bulan. Tapi beliau sangat tabah. Ia memilih berterima kasih kepada Allah, bahwa bagaimanapun ia sempat menjadi perempuan yang merasakan hamil, melahirkan, menyusui, dan menggendong anak sendiri. Ia berterima kasih sudah diberi waktu 17 bulan + masa kehamilan 9 bulan 10 hari.

Subhaanallah, saya baca smsnya menggetarkan hati saya hingga saya menangis sesenggukan. Beliau dan suaminya, silaturahim ke saya, dan banyak bercerita. Saat datang, ditemani seorang ustadz lulusan Kairo. Mengutarakan akan membuat pesantren. Saya anjurkan beliau dan timnya, agar menyelenggarakan shalat dhuha di tanah yg akan dibangun itu, dan menutup pintu dari membuat dan menyebar proposal kepada manusia. Ya, langsung saja buat majelis dhuha bersama anak-anak yang akan diasuh, dan bersama seluruh calon pengurus. Tambahin dengan tahajjudnya, dan shalat-shalat sunnah lainnya. Shalat wajibnya, tetapi di masjid. Aktifitas di tanah tersebut, ga perlu tenda. Cukup pake tikar saja. Ga perlu tenda. Kalo hujan, ya nunggu reda. Intinya, sudah berdoa saja kepada Allah dan berikhtiar sendiri. Hingga kemudian Allah menuntunnya untuk membuat proposal andai proposal pembangunan adalah sesuatu yang baik menurut Allah.
Maksud saya, kuatkan dulu riyadhahnya. Jangan begitu saja gampang membuat proposal dan mengedarkannya. Konon beliau dan timnya setuju. Saya pun bilang, kalau itu tanah sudah dipakai untuk aktifitas kepesantrenan, majelis ilmu, dan majelis-majelis ibadah, insya Allah itu tanah yang akan mendoakan dan meminta kepada Allah untuk menghadirkan orang-orang yang bisa menolong tanpa perlu proposal.

Berikut ini kemudian dialognya lagi sama saya, setelah sekian lama lagi tak ketemu:

(+) Aww Ustadz Yusuf Mansur,saya astrid, yang tempo hari datang bersama ‘ustdz cairo’ ke studio di kebayoran tempat kunfayakun diproses. Semoga Ustdz masih ingat. Alhamdulillah legalitas yayasan saya sudah selesai. Mengusung nama baitul adzkia lil qur’an. Untuk mempererat silahturahmi,saya insya Allah akan mengadakan roadshow santunan yatim ke beberapa pesantren. Termasuk yang dibawah pimpinan Ustadz Yusuf Mansur yang di cipondoh. Dengan ini, saya minta kontak person ustadz yang bisa membantu saya untuk mengkoordinir acara tersebut. Dulu saya sempet punya no ustdz aziz, tapi hilang. Hehe.
Mohon bantuanya. Was, astrid.

(-) Wuih, okkeh. Nanti sekalian saja saya sambungkan dengan kawan-kawan PPPA.

(+) Semoga Allah menerima pemberian saya ini dan memberkahinya. Saya memang butuh dukungan ustadz karena saya awam sekali soal pesantren ini. Cita-cita saya ingin membuat kampung wisata qur’an di samping danau cilangkap, mungkin kelak insya Allah akan bersinergi dengan yayasan Ustadz. Oya, Alhamdulillah, saya sudah hamil lagi, semoga kali ini anak yang saya kandung normal dan sehat bisa menggantikan anak pertama yang sudah berpulang. Minta doa ustdz ya. Ok, kalo gitu, biar ‘ustdz cairo’ yang akan contact ustdz. Wass. Terimakasih.

(-) Subhaanallaah ya… Hamil lagi… Barangkali energi istiqamah dan energi yang besar untuk ikut mensyiarkan agamanya Allah itulah yang menjadi salah satu pendorong Mbak Astrid hamil lagi. Mohon doakan kawan-kawan yang belom hamil ya. Salam buat suami dan buat “Ustadz Cairo” tersebut ya.


Dhuha Coffee (bag.7)

by yusufmansur on 25-02-2009

Yth., Penikmat DhuhaaCoffee, saya bicara-bicara dengan istri, betapa kesungguhan menjalani riyadhah, akan membawa kepada Keajaiban-Keajaiban Pertolongan Allah. Saya mendorong diri saya, dan orang-orang yang punya masalah dan hajat, agar ia sungguh-sungguh beriyadhah (istiqamah di ibadah-ibadah sunnah dan wajib). Sebagai jalan untuk mendorong doa, permintaan dan harapan akan hadirnya pertolongan Allah. Riyadhah saya minta dijalankan sungguh-sungguh di 3hr pertama. Kalau kurang, dan seyogyanya tentu saja terus menerus dan tidak berhenti di 3hr pertama, lanjutkan ke 7hr, 14hr, 21hr, 40 hari, dan 100hr. Tahapan-tahapan ini hanya sebagai terminal saja, agar kiranya kita bisa mengukur ibarat kita cek laboratorium/cek medis berkala untuk mengukur keberhasilan. Saya meyakini, kalau dosa kita ga gede-gede amat mah, ukuran di bawah 40 hari, bisa selesai satu demi satu urusan kita. Seperti dialog saya dengan Ust Farouq, yang istrinya kena lupus. Saya tawarkan Riyadhah 40 hari, sebagai jalan kesembuhan. Saya minta beliau dan istrinya disiplin seperti layaknya mematuhi dokter. Hasilnya, bukan saja kesembuhan, namun juga iman:

(+) +62811221103:

Assalamu’alaikum Ustadz,semoga Ustadz sekeluarga senantiasa dalam karunia nikmat sehat serta dalam limpahan rahmatNya. Tadz mohon doanya,Alhamdulillah setelah hampir 2 minggu yang lalu istri mengikuti wawancara di BRI Syariah bandung,insya Allah siang ini jam 14.30 akan mengikuti wawancara tahap tingkat BRI Syariah Kantor Pusat. Mudah2an ikhtiar hijrah ke BRI Syariah ini sebagai jalan faruq&keluarga utk bersungguh sungguh lebih mendekatkan diri kepada Alloh Subhanahu wata’ala… Jazzakallahu khairan katsira.. Wassalam_faruq&keluarga@bandung

(-) Ya. Insya Allah ini juga adalah buah dari riyadhah yang menjadi setir kehidupan. Dia akan belok sesuai dengan Tuntunan Tuannya: Allah ‘azza wajalla.

(+) Amiin,faruq&keluarga mohon doanya juga Tadz agar terpelihara keistiqamahan menjalankan riyadhah. Subhanallah banyak sekali rizki yang kami dapat setelah mengenal riyadhah,tidak saja sembuhnya istri dari lupus tapi rizki yang lainpun mengikuti baik berupa materi maupun non materi,Subhanallah walhamdulillah.. yang paling penting Tadz,bagaimana kami merasakan secara nyata betapa melimpahnya kasih sayang Alloh.. Hikmah mengenal bahwa tidak ada takdir yang tidak baik dari Alloh untuk hambaNya serta tidak ada yang tidak mungkin bagi Alloh.. Betapa pengalaman sakit lupus telah membuka hidayah menuju kehidupan dalam bimbingan dan ridho Alloh serta betapa lupus juga menjadi pembuka pintu rizki lainnya.. Semoga Alloh mengaruniakan Ustadz keluasan ilmu serta menjadikan Ustadz Ulama kesayanganNya.. Jazzakallahu khairan katsira..

(-) Kecintaan sama Allah, kasih sayang-Nya, ampunan-Nya, jelas adalah yang paling utama untuk dikejar. kita-kita hanya meyakini bahwa riyadhah untuk kesembuhan dan hal2 dunia adalah bentuk aminnya kita akan seruan-Nya. Bahwa segala kemudahan akan diberikan oleh Allah asal kita patuh dan istiqamah. Dan kita-kita juga meyakini, bahwa meminta itu adalah bentuk ibadah. Allah akan tambah sayang dan cinta sama kita, manakala kita selain taat, dengar, dan patuh, terus juga mau meminta kepada Dia sebagai bentuk ibadah kita kepada-Nya. Berharap kepada Allah, jelas adalah suatu kenikmatan dan memliki segudang pahala tersendiri. Selanjutnya, jadilah kita-kita ini orang yang bersyukur ya. Ruq, sampaikan lagi kepada kawan2 yang lain. Kasihan. Banyak yang tidak tahu dan tidak mengerti Jalan-Jalan Kemudahan dari Allah Yang Maha Memudahkan. Tidak sedikit yang berikhtiar di jalan-jalan yang berliku, berbiaya mahal, lagi ga ketahuan ujung pangkalnya untuk setiap urusannya. Sedang yang dituju oleh riyadhah adalah perbaikan ibadah, tauhid, dan amal saleh. Betul kata Faruq, persoalan dunia, adalah persoalan akhirat juga akhirnya. Pencarian kekayaan, pencarian jawaban, pencarian keselamatan, di dunia, sangat berpengaruh buat akhirat kita. Contoh, pencarian kekayaan, yang kelihatannya sangat dunia banget, eh, dia bener-bener jd sesuatu yang diridhai oleh Allah, sabab kita mencarinya sambil diiringi oleh dhuha, tahajjud, qabliyah ba’diyah, berjamaah baca Qur’an, dan bersedekah. Bukankah ini menjadi nikmat adanya? Apalagi kita tempuh juga jalan-jalan kesabaran, ketegaran, keistiqamahan, baik sangka ke Allah. Wuah, tambah oke dah tuh jalan. Demikian juga perjalanan antum dan istri, yang berjalan mencari kesembuhan. Yang lain, hanya ke rumah sakit dan dokter, sedang antum, meniti jalannya Allah. Ok, saya nantikan terus pelajaran dari Faruq dan keluarga. Setelah jalan riyadhah, jangan lupa bener-bener meniti jalan-jalan yang saya sebut di jawaban sms ini ya.

(+) Subhanallah.. Terima kasih Tadz,jazzakallahu khairan katsira.

(-) mohon izin, saya naikin di web di DhuhaaCofee, selengkap-lengkapnya. Bahkan saya cantumkan nomor hp antum, agar menjadi wasilah juga bagi antum untuk berdakwah. Subhaanallaah, ada keinginan buat saya menjadikan antum dan istri, sebagai ustadz dan ustadzah beneran. Yang meniti karir di dunia dakwah saja. Saya mau pakaikan sesuatu kepada antum berdua, sehingga ga usah kerja lagi. Cukup sudah dengan menyiarkan saja apa yang antum rasa. Tadz, saya beneran hampir nangis nih nulisnya. Betapa saya mengingat perjuangan saya di awal-awal dulu, dan perjuangan kawan-kawan yang percaya akan kekuatan Allah. Tidak mudah memang. tapi daripada keluar masuk rumah sakit? Keluar masuk penjara? He he. Atau daripada kena makian orang, hinaan orang, lantaran hutang atau miskinnya. Atau daripada kerja pagi siang malem yang ujungnya hanya penyakit? Kan mending bagi waktu dengan Allah, dengan bersungguh-sungguh beriyadhah. Percayalah, kalau kita yang bertutur, yang udah pernah ngalaminnya, akan banyak efeknya buat mereka-mereka yang bisa kita tarik untuk berlari mendekat kepada Allah. Antum tulis buku, antum ceramah, antum keliling, berdua dengan istri, ke seantero dunia. Seperti saya, dan guru antum yang lain: Aa Gym. Ok, saya mohon izinnya ya. Antum juga silahkan buka-buka web ya. Khususnya di kolom DhuhaaCofee dan di Kuliah Tauhid di KuliahOnline. Jazaakallaah. Salam buat istri.

(+) Subhanallah.. Allohu Akbar..

(Jamaah semua, proses dari 0 nya ustadz farouq ini terekam di web ini. Di kolom sms. Cuma, memang jamaah semua perlu meneliti satu demi satu sms, yang mana yang dari beliau. Sejak pertama ketemu kami-kami, kemudian bagaimana beliau mengecek ke laboratorium medis untuk mengukur tingkat keberhasilan penyembuhan lupus istrinya lewat jalan Riyadhah 40 hari. Kita doakan beliau dan istrinya, juga kita-kita ini, agar istiqamah, dan semakin yakin akan Kebesaran Allah. Amin).


Dhuha Coffee (bag.8)

by yusufmansur on 27-02-2009

Belom lama ini, ada sms masuk mempertanyakan sikap seorang ustadz yang begini dan begitu. Terjadilah dialog dengan saya. Siapa tau dialog ini berguna. Saya pun pernah “dinilai”, dan bahkan sering dinilai. Namun penilaian ini kerap juga tidak fair.

Contoh: Satu saat saya diundang ke Bogor. Setelah perjalanan berhari-hari ke luar kota, saya jalan ke Bogor. Kondisi sangat tidak memungkinkan untuk jalan ke Bogor. Mestinya istirahat total. Walhasil, di perjalanan, hampir pingsan. Sampe di acara, baterai saya, udah tinggal 1% istilahnya. Hanya cukup untuk bicara. Kepala rasanya udah hampir meledak sebab saking pusingnya. Entahlah. Di sisa energi itu, saya terlihat memang sangat sombong. Ga bisa tersenyum sempurna ketika disapa orang, menolak untuk difoto, dan meminta MC menyegerakan acara, padahal tuan rumah berkenan terlebih dahulu beramah tamah. Saat itu, saya terpaksa mengikuti “rengekan” panitia dan tuan rumah, agar saya mau beramah tamah. Meski makan sekedar kuenya saja dan menyeruput teh nya. Saya ikutin. Begitu saya duduk, masya Allah, barisan orang masuk (sebab disuruh oleh tuan rumah), untuk foto-foto, sebagai kesempatan ada saya. Sungguh, saya udah benar-benar mau pingsan rasanya.
Akhirnya, dengan halus saya minta tolong, agar pembicara yang sedang bicara, berkenan menjeda sebentar, untuk diisi oleh saya, untuk kemudian diteruskan lagi. Alhamdulillah, berkenan. Sayang, saya benar-benar udah mau game over. Akhirnya hanya kira-kira 10 menitan saya bicara. Setelah itu, karena pandangan udah agak gelap, saya memilih segera cabut. Sampai-sampai saya ga sempat pamitan kepada tuan rumah. Saya seperti melupakan.
Di perjalanan, saya yang tiada asisten, tiada pengawal, tiada ajudan, lalu kemudian benar-benar roboh. Tanpa supir saya juga tahu. Bahkan ketika saya pamitan pun, rasanya dulu benar-benar ga pamitan sama panita. Hingga panitia yang saat itu mau memberi amplop, langsung saya cut, dengan mengatakan, saya mohon izin lansung pulang dulu, begitu saya bilang, sambil berlalu cepat. Bahkan sangat cepat, seakan tiada jeda memberi panitia memberi kesan pesan. Nah, setelah perjuangan yang sedemikian rupa, untuk tetap hadir, akhirnya saya dipergunjingkan orang, bahwa saya datang dengan ketidakramahan, dan pulang juga dengan kesombongan. Ada seorang panitia yang bicara, katanya saya tidak menghargai mereka-mereka yang sudah mempersiapkan acara sejak shubuh! Masya Allah.
Sungguh tiada maksud untuk begitu. Namun keadaan saya. Dan saya bahkan saat itu ga bisa menjelaskan apa-apa tentang penyakit saya dan apa yg saya rasa, sebab memang energi saya hanya untuk bicara. Nah, kemudian, saya dapat sms. Isinya kritikan terhadap satu sosok ustadz. Nampaknya, bisa jadi benar. Tapi bisa jadi juga salah. Kiranya, mari kita sibukkan diri untuk banyak-banyak melihat diri kita, mengintrospeksi diri kita. Bukan tidak boleh memberi nasihat. Boleh. Bukan tidak boleh memberi kritikan. Boleh. Namun, jadikan juga nasihat kita, kritikan kita, doa buat yang diberi nasihat, doa buat yang diberi kritik. Dan jadikan itu juga cermin untuk diri sendiri. Sms dari jamaah ini, saya potong. Saya konsentrasikan di jawaban saya. Mudah-mudahan benar-benar bermanfaat.
Waba’du, jangan malah dengan sms saya ini, jadi takut mengkritisi sesuatu. Tetap saja. Namun, kesantunan dan baik sangka, tetap harus jadi nomor satu:

(+) Ya ustadz,hal ini mungkin bisa jadi bahan ceramah juga,karena ini benar-benar terjadi mungkin tidak disadari oleh yang bersangkutan,tapi hanya disadari oleh yang kelaparan:-).

(-) Kita sebagai penilai, kadang melihat dengan mata terbatas, dan mendengar dengan telinga yang terbatas. Dengan segala keterbatasan itulah kita melihat dan mendengar. Afwan ya. Saya perhatikan betul-betul sms saudara, di tengah ribuan sms yang masuk ke sms saya. Saya koq seperti mendapati hal itu. Entahlah. Mudah-mudahan kita termasuk yang diselamatkan Allah. Sungguh, di dunia ini kearifan itu bukan menurut “pendapat kita” dan “kata kita”. Ada Yang Maha Hakiki yang lebih bisa menilai semuanya. Ada baiknya, sisakan juga penglihatan kita untuk muhasabah diri kita juga. Siapa tahu Allah yang sengaja mempergelarkan apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar, justru untuk kita. Supaya kita mempelajarinya, memahaminya, dan mengambil ibrah darinya. Demikian ya. Kalau tidak, kita akan capai sendiri. Salam hormat, Yusuf Mansur.

1 komentar:

  1. wah bagus nuy share nya . kagak ada lanjutannya lgi kang ???

    BalasHapus

Text

My Blog List

Blogroll